Perpustakaan Digital

Share

Memasuki kawasan SMPN 1 Kota Mojokerto yang terlintas adalah hiruk pikuk belajar-mengajar yang diwarnai ketenangan dan ketegangan. Para guru seperti menuntut siswanya supaya mudah memahami pelajaran yang disampaikan dapat menyentuh mereka dengan baik. Tapi di sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) berlokasi di Jl Gajah Mada situasi justru berbeda. Sekitar pukul 12.00 siswa tampak lalu lalang. Ada yang menunggu saatnya jam pulang, sebagian lainnya justru memilih berlama-lama disekolah. Di dalam kelas, tidak sedikit mereka malah menghidupkan komputer atau sekedar bermain laptop yang dibawa.
Tetapi, pandangan demikian tidak hanya terjadi bagi mereka yang berada dalam kelas ruang kelas RSBI. Di sekolah tua itu, banyak siswa yang malah mengantre di perpustakaan sekolah. Padahal, jika saatnya jam pulang sekolah, wajah siswa tampak sumringah lantaran cepat kembali berada di rumah atau bermain dengan teman-teman tanpa di bawah tekanan sang guru. Dari depan, gedung perpustakaan yang berada di sisi timur lapangan basket itu memang tampak baru. Setidaknya itu terlihat dari warna cat dan genting bangunan. Serta arsitektur jendela dan pintu. Akan tetapi, setelah didekati gedung tersebut merupakan bekas bangunan perpustakaan lama yang direhap oleh sekolah. Terbukti, lantai perpustakaan itu kini berganti karpet hitam dan meja penjaganya pun tampak baru. Namun, setelah diamati banyak perbedaan perpustakaan itu dengan perpustakaan sekolah lain. Pada umumnya, sebuah perpustakaan dipenuhi oleh ribuan buku yang tersimpan rapi dalam puluhan rak yang berjajar. Tapi perpustakaan milik SMPN 1 satu justru berjajar beberapa unit komputer. Dari lima unit komputer yang ada, tidak satupun yang keberadaan kursinya kosong dari siswa. Layaknya sebuah warung internet, siswa-siswa tersebut tampak serius menikmati fasilitas perpustakaan digital yang baru saja diresmikan itu.

"Sekarang tidak perlu lagi susah payah memilih buku di rak. Tinggal klik bisa dapati semua buku yang diinginkan," ujar Pingkan siswa SMPN 1 Mojokerto.

Sebelum duduk meja lima unit komputer, siswa yang akan menggunakan fasilitas Perpustakaan Digital itu lebih dulu dihadapkan dengan satu unit kumputer yang ditata berdekatan dengan pintu masuk. Selain berfungsi untuk ngenet, kumputer itu sekaligus digunakan untuk membuka daftar-daftar atau katalog Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang ada. Selanjutnya, setelah diketahui mereka tinggal mencari lokasi komputer yang diinginkan. 

"Kita tidak hanya membuka atau membaca tapi bisa download dan menyimpannya dalam flash disk. Tidak seperti sebelumnya harus menenteng buku-buku tebal. Sekarang kita malah lebih praktis," imbuh siswa berambut sebahu sembari membuka BSE Bahasa Indonesia. 

Untuk memudahkan, para siswa lebih mengetahui segala bentuk BSE, perpustakaan digital lantas melengkapi dengan satu unit komputer yang berfungsi sebagai server. Dimana, setiap guru yang memegang mata pelajaran, dapat menyinpan BSE yang dilengkapi judul dan penulisnya dalam server. Entah dari hasil penelusuran lewat dunia maya atau dalam bentuk soft copy yang didapat dari luar sekolah.

Salah seorang murid bernama Anistya menceritakan, ia tak merasa kesulitan untuk mengakses internet. Selain banyak menerima pelajaran dari sekolah, dia tak segan-segan masuk kedalam internet hanya sekadar mencari informasi. Baik yang menyangkut pelajaran sekolah atau pengetahuan umum. 

"Sekarang saya malah betah berlama-lama disini. Selain tidak perlu membawa pulang buku, untuk menggunakan fasilitas ini gratis tanpa dipungut apapun," bebernya. 

Tak hanya itu, jika materi-materi yang dibutuhkan terpaksa harus di print out setiap siswa tidak dibebani biaya. 

"Sejak ada perpustakaan digital ini sekarang banyak teman-teman yang memilih berada disini. Ketimbang harus pulang lebih awal atau beristirahat di kantin," tukasnya. "Toh disini bisa makan sambil belajar," tambahnya.

Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Mojokerto, I Wayan Astawa mengatakan, keberadaan Perpustakaan Digital itu memang untuk memanjakan siswa saat berada di sekolah. Bila sebelumnya mereka harus pinjam dulu jika ingin membawa buku pelajaran kini tinggal datang dan mencari buku yang mereka mau di depan komputer. "Tujuan kita seperti itu. Ya paling tidak anak-anak bisa betah disekolah," terangnya.

Dulu sebelum ada perputakaan digital, untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan bagi 734 siswa, sekolah harus menyediakan minimal 1.500 buku. Ratusan judul dan penulis disediakan dengan cara menata dalam rak buku. Sehingga, perpustakaan yang terdiri dari dua ruang menjadi terbatas. 

"Sekarang sengaja kita buat lesehan biar ruangannya tampak luas. Anak-anak lebih santai seperti berada dalam rumah sendiri," jelas Kasek asal Denpasar Bali itu. Namun demikian, minimnya komputer yang ada memang menjadi beban sekolah. Karenanya, untuk menghindari antrean, rencananya sekolah bakal menggunakan akses komputer menggunakan warles yang dapat menjangkau semua kelas dan luas sekolah. Sehingga siswa tidak usah mengantre di perpustakaan digital. 

"Arah kita kesana. Tapi sementara untuk menghindari antrean kita terapkan jadwal giliran menggunakan perpustakaan itu," tandasnya. (nk)

Sumber : Radar Mojokerto

Artikel yang Bersangkutan



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Kami

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia
Kami adalah dua murid SMPN1 Mojokerto yang pintar, cantik, imut, dan sebagainya. :)