Kerja Guru

Share

Oleh : I Wayan Astawa

Persoalan dunia pendidikan tidak pernah selesai untuk diperbincangkan karena pendidikan merupakan bagian dari kehidupan. Beragam pandangan akan menyertai ketika kita memperbincangkan pendidikan. Di satu sisi, pendidikan dipuja-puja banyak orang karena melalui pendidikan, seseorang akan mengalami proses konversi baik pengetahuan maupun status sosial.


Kegandrungan terhadap institusi pendidikan sangat terasa saat dimulainya tahun ajaran baru. Beribu-ribu orang tua bersama calon siswa berduyun-duyun mendatangi sekolah untuk bisa menjadi warga sekolah. Bahkan terkadang orang tua rela melakukan apa saja dengan berbagai cara agar putra/putrinya bisa diterima di institusi pendidikan tertentu. Dalam hal ini, tampak bahwa orang tua menaruh harapan yang sangat tinggi pada institusi pendidikan.

Di sisi lain, pendidikan juga tidak jarang dibenci bahkan dicaci maki ketika apa yang diharapkan oleh orang tua atau masyarakat tidak dapat terpenuhi. Hal itu terjadi jika sistem pendidikan tidak berjalan efektif. Misalnya proses belajar- mengajar tidak berjalan kondusif sehingga berdampak pada outcome yang tidak sesuai dengan harapan orang tua atau masyarakat.

Oleh sebab itu, sekolah harus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Salah satu bentuk pelayanan yang dimaksud adalah menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif. Dalam usaha menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, sekolah memerlukan sarana yang memadai, guru yang profesional, siswa yang tertib dan patuh pada peraturan sekolah, dan lingkungan belajar yang nyaman.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan keterpaduan antar komponen: sekolah, orang tua/masyarakat, dan pemerintah.

Guru, sebagai bagian dari komponen sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap sebuah institusi pendidikan. Guru memiliki peran penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif karena guru yang profesional memiliki kreativitas dalam menciptakan sarana belajar yang efektif dan mampu menghadirkan lingkungan belajar yang nyaman. Namun, fakta empiris berbicara bahwa belum semua guru menjalankan profesinya dengan profesional. Seringkali ditemukan guru mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya, tidak sesuai dengan kompetensinya, dan mengajar dengan asal-asalan saja (Wibowo, 2008:66).

Masalah guru atau pendidik ini merupakan masalah besar yang harus dibenahi. Bagaimana meningkatkan kompetensi dan motivasi guru atau pendidik merupakan hal penting yang harus dilakukan. Guru sebagai Ujung Tombak Keberhasilan Pendidikan Pendidik (guru) memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis dalam peran dan fungsinya sebagai pendidik, yaitu harus memenuhi standar nasional sebagai pendidik. Tugas, peran, dan fungsi pendidik harus mampu ditunjukkan dalam kompetensi dan profesinya, baik kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan sebagaimana telah dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2006.

Guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan bagi proses belajar-mengajar di sekolah. Peran guru sangat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Ketika seorang guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas, kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini sangat masuk akal karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu member motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi. Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang sangat besar, guru dapat tampil sebagai sosok yang membosankan dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas. Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelaaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, dan mengabaikan aspek afektif.

Untuk melindungi kepentingan siswa dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam jangka panjang di masa depan, guru harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar (Suyanto, 2006). Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Kapasitas dan Motivasi Guru Dalam praktiknya, berdasarkan tingkat kemampuan dan motivasi kerja di lapangan, kita mengenal ada empat kelompok guru. Kelompok pertama adalah kelompok guru yang memiliki kemampuan dan motivasi kerja tinggi. Kelompok kedua adalah kelompok guru yang memiliki kemampuan tinggi tetapi motivasi kerjanya rendah. Kelompok ketiga adalah kelompok guru yang memiliki kemampuan rendah tetapi motivasi kerjanya tinggi. Kelompok keempat adalah kelompok guru yang kemampuan dan motivasi kerjanya rendah.

Kepala sekolah sebagai top manager dalam institusi pendidikan harus dapat menganalis guru-guru yang ada dalam institusinya. Apakah guru-guru yang dimiliknya berada dalam kelompok pertama? Jika ya, hal itu harus dijaga dan dipertahankan. Namun, jika guru-guru yang dimiliknya berada pada kelompok kedua atau ketiga, apalagi kelompok keempat, kepala sekolah harus segera mencari langkah cepat dan tepat untuk memperbaikinya. Langkah berikutnya yang harus diambil oleh kepala sekolah adalah kepala sekolah membuat peta tingkat kemampuan dan motivasi kerja guru. Siapa yang masuk kelompok pertama, kedua, ketiga, atau keempat? Siapa yang memiliki kemampuan tinggi dan siapa yang memiliki kemampuan rendah? Siapa yang memiliki motivasi kerja tinggi dan siapa yang memiliki motivasi kerja rendah? Untuk menangani kelompok guru yang memiliki tingkat kemampuan rendah, kepala sekolah harus segera memberikan pendidikan atau pelatihan (diklat) yang sesuai dengan kebutuhan guru. Misalnya, diklat yang berhubungan dengan pembelajaran dan penilaian, diklat penggunaan media pembelajaran, diklat ICT, diklat PTK, kursus bahasa Inggris bagi guru di sekolah RSBI, dan sebagainya.

Penanganan terhadap rendahnya tingkat kemampuan guru dipandang sebagai sesuatu yang relatif mudah, walaupun membutuhkan biaya relatif besar. Kepala sekolah cukup mengalokasikan anggaran, menyiapkan fasilitas, mendatangkan narasumber, mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut.

Sebaliknya, untuk penanganan terhadap rendahnya motivasi kerja guru, dibutuhkan langkah dan strategi kepala sekolah yang cermat. Hal ini disebabkan masalah motifasi merupakan masalah sikap personal atau pribadi guru. Ada banyak kemungkinan masalah yang menyebabkan rendahnya motivasi kerja guru. Misalnya, masalah rumah tangga, masalah hubungan dengan teman sejawat, masalah ekonomi, masalah ketidakadilan dalam institusi sekolah, masalah kebutuhan hakiki manusia, atau masalah lain yang berkaitan dengan guru secara personal. Kepala sekolah harus mampu melakukan pendekatan personal (personal approach) untuk mencari penyebab rendahnya motivasi kerja guru sehingga kepala sekolah dapat menentukan langkah yang tepat untuk membantu guru.

oleh Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Mojokerto untuk meningkatkan kemampuan guru, khususnya guru MIPA adalah sebagai berikut. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja guru adalah sebagai berikut. a. Melakukan Pendekatan Personal Berdasarkan hasil analisis lapangan, penulis memetakan guru-guru yang memiliki motifasi kerja rendah. Penulis melakukan pendekatan personal. Guru yang bersangkutan diajak berbicara dari hati ke hati tentang masalah yang dihadapinya. Kepala sekolah hendaknya bersimpati dan menjauhkan diri dari rasa antipati terhadap guru-guru yang memiliki motivasi rendah. b. Memberikan Keteladanan dan Bisa Mengobarkan Semangat Kepala sekolah berusaha memberikan teladan yang baik bagi para guru.

Kepala sekolah selalu menunjukkan optimisme yang tinggi di hadapan para guru. Dengan demikian semangat para guru selalu terpacu. c. Berani Menghadapi Tantangan Kepala sekolah harus berani mengambil langkah yang luar biasa, bukan langkah yang biasa saja. Tantangan harus dihadapi dan berani mengambil risiko. d. Berpikir Positif dan Kreatif Selalu melihat sesuatu dengan pikiran positif. Jika ada guru yang motivasinya rendah, kepala sekolah tidak akan memarahinya, tetapi berpikir positif dengan bertanya mengapa dia tidak memiliki motivasi, selanjutnya berusaha membantu untuk menumbuhkan motivasi kerjanya.

Kreativitas kepala sekolah merupakan tuntutan untuk memecahkan berbagai permasalahan di sekolah, terutama masalah yang dihadapi oleh guru. e. Membuat Tim Kerja yang Kuat Sekolah merupakan sebuah sistem. Dalam sebuah sistem, kerja tim menjadi prioritas utama untuk mencapai kesuksesan. Oleh sebab itu, perlu dibangun tim kerja yang kuat. Curah pendapat, Out bond atau rafting bagi para guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan salah satu cara membentuk tim kerja yang kuat. Beberapa hal tersebut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membangun kepasitas dan motivasi guru. Dalam hal peningkatan kemampuan dan motovasi kerja guru, kepala sekolah memang memiliki peranan penting. Hal ini disebabkan kepala sekolah merupakan pribadi yang penting dan berpengaruh di sekolah. Kepemimpinannya menentukan suasana sekolah, moral guru dan tingkat kepedulian terhadap kesuksesan siswa.

Fred M. Hechinger
Fred M. Hechinger, presiden New York Times, mengatakan bahwa sepanjang kerjanya sebagai seorang wartawan, dia tidak pernah melihat sekolah yang baik dipimpin oleh kepala sekolah yang lemah, atau sekolah yang lemah dipimpin oleh kepala sekolah yang baik. Dia melihat banyak sekolah yang lemah berubah menjadi sekolah yang baik karena kepala sekolahnya baik, dan sebaliknya sekolah yang baik berubah menjadi lemah karena kepemimpinan kepala sekolahnya lemah. Jadi, baik atau lemahnya sekolah sangat bergantung kepada kepemimpinan kepala sekolah.

Disadur dari smpn1mojokerto.sch.id dengan pengubahan seperlunya.

Artikel yang Bersangkutan



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Kami

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia
Kami adalah dua murid SMPN1 Mojokerto yang pintar, cantik, imut, dan sebagainya. :)